12 Cara Mendapatkan Rezeki dengan Mudah

Setiap manusia berhak untuk memiliki kebahagiaan dan kekayaan duniawi. Namun ada beberapa manusia yang sampai saat ini merasa dirinya masih saja merasa kekurangan dan berharap agar kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi. Untuk memperoleh rezeki duniawi itu tidaklah sulit, asal kita mau melakukannya. Bukan dengan melakukan sesajen maupun pergi ke dukun. Melainkan dengan menjalankan berbagai macam cara-cara penglarisan secara syariah.

Dibawah ini ada 12 cara untuk memperoleh rezeki dengan mudah sesuai dengan syariat ajaran Islam :

1. Banyak Mem­o­hon Ampun

“Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka: “Mohon­lah ampun­lah kepada Rabb kalian, –sesung­guh­nya Dia adalah Maha Pengampun-, nis­caya Dia akan men­gir­imkan hujan kepadamu den­gan lebat (melimpah ruah mem­bawa kebaikan), dan mem­banyakkan harta dan anak-anakmu, dan men­gadakan untukmu kebun-kebun dan men­gadakan (pula di dalam­nya) untukmu sungai-sungai (yang penuh den­gan kebaikan dan man­faat).” (Nuh 10 – 12)

“Dan (Nabi Hud berkata): “Hai kaumku, mohon­lah ampun kepada Rabb-mu lalu berto­bat­lah kepada-Nya, nis­caya Dia akan menu­runkan hujan yang san­gat deras (yang mem­bawa kebaikan) atasmu, dan Dia akan menam­bahkan keku­atan kepada keku­atanmu (yang sudah kalian miliki), dan jan­gan­lah kamu berpal­ing den­gan berbuat dosa.” (Huud : 52)

Imam Al-Hasan Al-Bashri per­nah men­da­pat pen­gad­uan bahwa manu­sia ditimpa kela­paran dan beliau mem­berikan solusi untuk mem­o­hon ampun kepada Allah. Begitu juga per­masala­han lain yang menimpa manu­sia seperti kemiski­nan dan kurangnya ketu­runan. Saat beliau ditanya kenapa melakukan­nya, maka beliau mem­bawakan ayat di atas.

2. Men­jaga diri di atas ketakwaan

Pengert­ian takwa adalah menger­jakan segala per­in­tah Allah sesuai den­gan yang diper­in­tahkan den­gan meng­harap pahala, serta men­jauhi larangan Allah yang telah diten­tukan karena takut akan adzab-Nya. Karena den­gan ketak­waan ini­lah sese­o­rang akan dijamin riskinya oleh Allah.

“Barangsi­apa bertakwa kepada Allah nis­caya Dia akan men­gadakan baginya jalan keluar. Dan mem­berinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath Tha­laaq : 2–3)

Seba­gian ulama men­gatakan bahwa den­gan ketak­waan sese­o­rang tidak akan men­jadi faqir. Karena Allah akan mem­berinya kecuku­pan baik dari sisi dhahir (lahir) ataupun kecuku­pan yang lebih besar dari sisi bathin tatkala sese­o­rang bertakwa den­gan sebenar-benar ketak­waan. Ini­lah hakikat dari makna kecuku­pan, yaitu sese­o­rang akan merasa ten­ang den­gan yang sedikit dan merasa lebih den­gan apa yang diang­gap kurang oleh manusia.

Diri­way­atkan dari saha­bat Abu Hurairah bahwa Rasu­l­ul­lah bersabda, “Bukan­lah kekayaan itu den­gan banyaknya harta benda, tapi kekayaan adalah yang ada di hati” (HR. Bukhari Muslim)

3. Bertawakal kepada Allah

Diri­way­atkan dari saha­bat Umar bin Khaththab bahwa Rasu­l­ul­lah bersabda, “Andaikata kalian bertawakal kepada Allah den­gan sebenar-benar tawakal, sung­guh kalian akan Kami beri rizki seba­gaimana burung diberi rizki. Di pagi hari keluar dalam keadaan perut kosong dan kem­bali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad)

Rasu­l­ul­lah mem­berikan con­toh tawakal den­gan burung karena burung terse­but tidak memi­liki sim­panan makanan. Akan tetapi walaupun den­gan kon­disi yang demikian, dia di pagi hari keluar men­cari riski dalam keadaan perut kosong dan di sore harinya sudah kenyang. Dan burung terse­but tidak hanya berdiam diri di sarangnya, akan tetapi keluar men­cari rizki.

Rukun (syarat)  agar sikap tawakal ter­wu­jud secara nyata/benar :

  1. Meny­er­ahkan uru­san­nya kepada Allah
  2. Men­jalani sebab-sebab untuk men­ca­pai tujuan tersebut
  3. Meyakini apa­bila kenikmatan terse­but datang semuanya adalah semata dari Allah

Con­toh: Sese­o­rang yang sakit meny­er­ahkan uru­san sak­it­nya kepada Allah, akan tetapi dia tetap ber­o­bat, berusaha menyem­buhkan penyak­it­nya. Akan tetapi sete­lah sem­buh dia harus men­gatakan bahwa kesem­buhan­nya meru­pakan karu­nia dari Allah.

4. Meny­ibukkan diri den­gan ibadah

Diri­way­atkan dari saha­bat Abu Hurairah bahwa Rasu­l­ul­lah mengabarkan bahwa Allah berfir­man dalam hadits Qudsi, “Wahai Hamba-hambaku, hen­daknya kalian memenuhi waktu (kon­sen­trasi) den­gan ibadah, kalau kalian melakukan­nya Aku akan memenuhi dada kalian den­gan kekayaan, dan Aku akan menu­tupi kefaki­ran kalian. Kalau kalian tidak melakukan­nya, Aku akan memenuhi dada kalian den­gan kesi­bukan dan Aku tidak akan menutup kefaki­ran kalian.”

Maka hen­daknya seo­rang hamba meny­ibukkan dirinya den­gan ibadah dan tetap berusaha men­cari rizkinya. Karena den­gan berkon­sen­trasi ter­hadap ibadah ini­lah yang akan mem­per­mu­dah sese­o­rang dalam men­cari rizki.

5. Men­syukuri nikmat-Nya

Allah berfir­man, “Dan (ingat­lah juga), tatkala Tuhanmu mengu­mumkan; “Sesung­guh­nya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menam­bah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu meng­ingkari (nikmat-Ku), maka sesung­guh­nya azab-Ku san­gat pedih.” (Ibrahim : 7)

Rukun untuk men­syukuri kenikmatan :

  • Memuji Allah den­gan lisannya
  • Men­gakui dalam hati bahwa semua nikmat terse­but datang dari-Nya. Apapun kenikmatan yang datang kepada kalian maka itu datangnya dari Allah (An-Nisaa : 79)
  • Meng­gu­nakan kenikmatan terse­but dalam ketaatan

6. Istiqomah diatas agama

Allah berfir­man, “Dan bah­wasanya: jikalau mereka tetap ber­jalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan mem­beri minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (Al-Jin : 16)

7. Menyam­bung ibadah haji dan umrah

Rasu­l­ul­lah bersabda, “Terus-meneruslah kalian menyam­bung antara pelak­sanaan haji dan umrah, sebab kedua ibadah ini meng­gugurkan kefaki­ran dan dosa-dosa seba­gaimana api meng­gugurkan karat di besi”.

8. Menyam­bung silaturahmi

Diri­way­atkan dari saha­bat Anas bin Malik bahwa Rasu­l­ul­lah bersabda, “Barang siapa yang senang Allah luaskan rizkinya dan dipan­jangkan umurnya, hen­daknya dia menyam­bung silat­u­rahmi.” (HR. Bukhari Muslim)

9. Berin­faq den­gan pem­ber­ian dari Allah

Allah berfir­man dalam hadits Qudsi, “Wahai anak adam berin­fak­lah, maka aku akan berin­faq kepadamu”

Diri­way­atkan dari saha­bat Abu Hurairah bahwa Rasu­l­ul­lah bersabda, “Tidak ada satu haripun yang berlalu kecuali ada dua malaikat yang turun, satu malaikat berkata, Ya Allah, beri­lah kepada orang yang berin­fak di hari ini ganti untuknya. Dan malaikat yang lain­nya berkata, Ya Allah berikan­lah keru­gian kepada orang yang tidak berin­fak di hari ini.” (HR. Bukhari Muslim)

Diri­way­atkan dari saha­bat Abu Hurairah bahwa Rasu­l­ul­lah bersabda, “Sesung­guh­nya shodaqoh itu tidak per­nah men­gu­rangi harta.” (HR. Bukhari Muslim)

Allah berfir­man, “Apapun yang kalian infaqkan dari sesu­atu, maka Dialah yang akan meng­gan­ti­nya, dan Dialah sebaik-baik pem­beri rizki.” (Saba’ : 39)

10. Berin­faq kepada penun­tut ilmu

Diri­way­atkan dari saha­bat Anas bin Malik bahwa datang seo­rang lelaki kepada Rasu­l­ul­lah men­gadukan saudaranya yang bela­jar kepada Rasu­l­ul­lah dan tidak bek­erja, maka dijawab oleh Nabi, “Barangkali kamu men­da­pat rizki dikare­nakan saudaramu.” (HR. Imam Ahmad)

Keber­adaan penun­tut ilmu ditekankan dalam syariat, karena den­gan mereka umat Islam akan men­da­p­atkan man­faat yang san­gat banyak.

11. Berbuat baik kepada orang-orang yang lemah

Diri­way­atkan dari saha­bat Anas bin Malik bahwa Rasu­l­ul­lah bersabda, “Tidak­lah kalian itu men­da­p­atkan rizki dan men­da­p­atkan per­to­lon­gan kecuali kalau kalian berbuat baik ter­hadap orang-orang yang lemah diantara kalian.” (HR. Imam Bukhari)

12. Men­jaga sha­lat lima waktu

Diantara cara men­jaga sha­lat lima waktu :

  • Melakukan­nya di awal waktu yang utama
  • Apa­bila laki-laki maka wajin sha­lat ber­ja­maah di masjid
  • Apa­bila seo­rang kepala kelu­arga maka memer­in­tahkan anggota kelu­ar­ganya untuk menger­jakan shalat

Allah berfir­man, “Dan per­in­tahkan­lah kepada kelu­argamu untuk mendirikan sha­lat dan bersabar­lah kamu dalam menger­jakan­nya. Kami tidak mem­inta rezeki kepadamu. Kami­lah yang mem­beri rezeki kepada kalian. Dan aki­bat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaa­haa : 132)

Ibnu Kat­sir menaf­sirkan ayat di atas bahwa apa­bila sese­o­rang memer­in­tahkan kelu­ar­ganya untuk menger­jakan sha­lat dan bersabar ter­hadap­nya, maka dia akan dikaru­ni­akan rizky dari arah yang tidak per­nah dia sangka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *