Cuan terus yang difokusin, jodoh terus yang difikirin. Alhamdulillah sih kalau pada akhirnya dapat secepat mungkin. Tapi, kalau malaikat maut yang lebih dulu bertamu, kita bisa apa? Ganasnya lagi, tawar menawar tidak berlaku untuk sesi ini, Bung. Seketika Malaikat Izrail berkata “Anak muda, hari ini giliran saya canvassing ke kamu. Gimana? Sudah siap, ya?” Nah loh, mau apa kita? Skakmat sudah.
Faktanya, kunjungan Malaikat Izrail ini tidak ada yang mampu memprediksi. Kedatangannya cuma sekali. Kedatangan yang hanya sekali ini, mau enggak mau, siap enggak siap, memang harus memaksa siapapun targetnya untuk siap. Peringatan ini sudah disampaikan sedini mungkin. Bahwa, setiap yang bernyawa pasti akan mati. Itu artinya, siap hidup juga harus siap mati.
Nah, kalau gitu fokus aja ke ibadah. Fokus aja ke nyiapin bekal mati. Enggak perlu kerja, enggak perlu nikah? Toh pada akhirnya kita juga bakal mati.
Emm… Mari kita renungi bersama. Konon, kata ustadz (ya kata ustadzlah, mana berani kata admin sendiri) tiga hal ini : rejeki, jodoh dan kematian adalah the secret of life. Semuanya rahasia.
Mati perlu bekal yaitu amal. Enggak mungkin kan kita sepercaya diri itu mau bertemu Tuhan dengan tidak membawa amal apapun? Punya orang dalam yang bisa menjamin kita masuk surga tanpa amal? Lalu, bagaimana kita menimbun amal-amal tersebut? Ya dari perjalanan hidup kita. Salah duanya adalah melalui pintu jodoh dan rejeki.
Menikah adalah ibadah. Maka, dari ibadah pernikahan inilah yang akan memperberat hitungan amal kebaikan di akhirat kelak. Berbakti, menyenangkan pasangan, memenuhi hak dan kewajiban masing-masing adalah amal. Oke, Noted ya!
Lalu bagaimana dengan rejeki? Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa keberkahan rejeki tidak dilihat dari seberapa melimpahnya rejeki tersebut. Tapi, kadang prinsip ini membuat sebagian orang stuck dengan penacapaian yang sebetulnya dia mampu melakukan lebih. Konsepnya, semakin banyak rejeki, semakin banyak sedekah, semakin banyak pula orang yang mampu kita beri manfaatnya, semakin bagus bukan? Rejeki berlimpah, semakin banyak sedekah, hidup semakin berkah. Lebih bermanfaat ‘kan?
Keadaan bagaimana seseorang tersebut mati adalah bergantung bagaimana kebiasaan/keseharian orang tersebut. Kebiasaan ini pasti akan terwujud dengan lingkungan yang mendukung. Salah satu lingkungan yang memberikan dampak besar adalah lingkungan keluarga. Keluarga yang baik dimulai dari pernikahan yang baik. Pernikahan yang baik diawali dari rejeki yang baik pula.
Wah, ternyata ketiga hal ini saling berkaitan ya! Tetap optimis, bersyukur dan husnudzon kepada Allah SWT. Oh ya satu tips dari Ustadz Zaenurrosyid bagi kita semua yang ingin memperbaiki kualitas hidupnya adalah dengan cara berpuasa. Mengapa puasa? Sebab, puasa adalah bentuk penjagaan diri dari hawa nafsu. Jadi, bisa disebut bahwa puasa ini adalah benteng diri dari hal-hal buruk yang mampu membawa dampak buruk dalam diri dan kehidupan manusia. Gimana? Tertarik untuk mencoba? Jangan lupa beri kami testimoninya ya!