Keunikan Santrendelik tidak hanya pada metode pengajian dan cara penyampaian materi dakwah. Latar belakang pendirinya pun penuh keunikan. Hampir semuanya pengusaha muda yang secara ekonomi mapan. Siapa saja?
Para pengagas Satrendelik bukan orang sembarangan. Mereka umumnya sekumpulan anak muda yang sukses di sektor bisnisnya masing-masing. Mereka bukan generasi muda yang masih bingung besok harus makan apa. Atau anak muda yang selalu menanti tugas dari bos apa. Sebab mereka sendiri umumnya para bos sejumlah usaha.
Pertanyaannya, kenapa mereka sampai di bela-belain mendirikan pesantren? Kenapa sampai rela patungan untuk membangun pondok unik di tempat terasing? Ternyata alasannya mereka sama. Hidup dengan gelimah harta dan hiburan gemerlap tidak menjamin kebahagiaan. Saat-saat tertentu hati mereka gundah gulana. Saat itulah para anak muda ini berdiskusi hingga menemukan “hiburan” baru dalam bentuk pengajian. Mereka sepakat mengurangi dugem diskotik dan nongkrong malam. Yang semula untuk menata diri sendiri hingga akhirnya ditularkan kepada kaum muda yang lain. Berdirilah Santren Ndelik di Kali Alang Kelurahan Sukorejo Gunungpati Ungaran itu.
“Namanya kenikmatan dunia tentu ada titik jenuh, apalagi aktifitas itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali kesenangan sesaat. Karena itu kami sadar untuk mendekat kepada Tuhan.” Kata Ikhwan, salah satu pendiri Santren Ndelik.
Dalam struktur pengurus Santren Ndelik, dewan Pembina ada tiga. Yakni dipimpin dr Rahardja dengan anggota Agung Kurniawan dan Riyard Ahmad. Sedangkan yayasan dipimpin Ikhwan Saefullah dengan sekretaris Briliantynovy. Untuk bendahara dipercayakan kepada Itok Prasetyo dengan didampingi Hendy Wijanarko. Ikhwan Saefulloh menuturkan, para pengurus yayasan ini semuanya berlatarbelakang sebagai pengusaha. Seperti Itok Praseto, merupakan pemilik Soto Bangkong di daerah Sukun dan sejumlah Kota lain seperti Jakarta, Sumedang dan lain sebagainya.
“Itok menjadi tobaters (sebutan untuk tobat di Santren Ndelik) dia mau bertobat usai main judi di sebuah hotel berbintang,” terang Ikhwan Saefulloh .
Itok memiliki keinginan kuat untuk bertobat karena merasa apa saja yang dikerjakan tidak merasakan bahagia. Menurut Itok, senang itu sesaat, bahagia itu selamanya.
“Saya sudah bosen senang-senang, tobat adalah bahagia yang kekal,” Kata cucu pendiri Soto Bangkong ini.
Hasilnya? Dalam satu bulan dengan dilandasi niat yang kuat, Itok emngaku sudah rajin ke masjid. Dia juga rajin ikut Tahajuders Night Club atau kelompok tahajud Santren Ndelik.
Ikhwan menambahkan dalam ngaji tobat di Santrendelik ada jilidnya. Untuk jilid satu yang penting punya niatan bertobat.
“Sekalipun masih punya kebiasaan mabuk dan judi, kalau sudah niatan tobat tentu akan menemukan jalan kebenaran.”Katanya.
Ikhwan sendiri mengaku merasakan hampir sama dengan Itok Praseto. Lulus kuliah dari Unnes Semarang, dia mendirikan berbagai usaha. Namun belum membuahkan hasil. Bahkan cenderung rugi dan bangkrut.
Saat bingung memikirkan bisnis, Ikhwan bertemu dengan Ustadz Riyard Ahmad. Dari situlah muncul keinginan untuk bertobat dan menekuni bisnis dengan niat ibadah. Hingga saat ini memiliki usaha Rafting di Kali Serayu dengan sebutan Pikas. Rafting di dermaga arung jeram yang berada di Banjarnegara ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti penginapan, resto, outbond dan lainnya.
Pengurus yayasan lain dan juga salah satu pendiri Santrendelik adalah Agung Kurniawan.
Sosok Agung ini tidak bisa lepas dari dunia malam khususnya café di Kota Semarang. Selain memiliki café di kawasan Sekaran, dia juga aktif memasok kebutuhan café khususnya dalam urusan kopi.
TIdak heran apabila di kantor Santrendelik yang berada di Jalan Dewi Sartika Semarang, tamu selalu ditawari mau minum apa, kopi atau teh. Selain itu tamu juga bisa mengolah biji kopi sendiri serta meramu sesuai selera. Ini juga menginspirasi bangunan Santrendelik lebih mirip café ketimbang pondok pesantren.
Ditulis ulang dari media cetak Jawa Pos edisi Jumat, 10 Oktober 2014